BELAJAR DARI PRAMUKA

BELAJAR DARI PRAMUKA

Oleh. Indra Prayana


Sumber foto : IG: @prapas8bdg

Seperti umumnya hari-hari besar yang mempunyai nilai sejarah biasanya suka diperingati dan dimaknai dengan berbagai cara, begitupun setiap tanggal 14 Agustus, banyak teman-teman pelajar, mahasiswa ataupun pejabat yang melaksanakan upacara bendera sebagai rangkaian dari peringatan hari pramuka. Pramuka merupakan gerakan kepanduan di kalangan sipil yang memiliki peran strategis dalam turut membangun mental dan karakter bangsa (nation and character building) terlebih pada generasi muda sebagai wujud kecintaan terhadap tanah air dan bangsa.

Kepanduan sendiri merupakan gerakan pemuda-pemudi yang menurut anggapan umum didirikan oleh Lord Robert Baden Powell pada tahun 1908. Di Indonesia gerakan kepanduan sudah ada sejak jaman penjajahan pada tahun 1916 dengan nama J.P.O (Javaansche Padvinders Organisatie) yang bergerak mengikuti cita-cita kemerdekaan nasional. Sekitar tahun 1920 perkembangan gerakan kepanduan berkembang sedemikian pesat sampai merambah kesegenap cabang partai-partai politik, PKI membentuk kepanduan dari tingkat sekolah rakyat, demikian pula dengan organisasi lain. Algemeene Studie club dengan N.P.O (National Padvinders Orgainsatie), Muhammadiyah dengan Hizbul Wathon, SI dengan SIAP (Serikat Islam Afdeeling Pandu), Budi Utomo dengan Nationale Padvinderij, Jong Sumatra membentuk PPS (Pandu Pemuda Sumatra), Jong Islamieten Bond dengan Natipy (Nationale Islamitische Padvinderij), Taman Siswa mendirikan Siswa Proyo dan banyak lagi kepanduan-kepanduan kecil yang eksis pada waktu itu. Sekitar tahun 1927 dibawah pimpinan Sunario dibentuk PAPI (Persaudaraan Antar Pandu Indonesia) sebagai upaya mempersatukan kepanduan dikalangan kaum terjajah. Seiring perkembangannya perkumpulan pemuda yang mengadakan fusi PAPI pun tidak bertahan. Pada tanggal 15 Desember 1929 diadakan konperensi para pengurus besar kepanduan, dari konperensi itu diputuskan dua badan fusi yaitu kepanduan nasional dan kepanduan islam. Sejak proklamasi Indonesia gerakan kepanduan kembali tumbuh dan berkembang. Jambore Nasional pertama diadakan pada peringatan sepuluh tahun Indonesia merdeka (17 Agustus 1955) di daerah Karang Taruna, Pasar Minggu Jakarta. Untuk menyatukan organisasi kepanduan yang begitu banyak maka melalui konsepsi Presiden Soekarno pada tanggal 6 Maret 1961 semua organisasi kepanduan terkoordinasi dan diganti dengan satu nama yaitu Pramuka (Praja Muda Karana). Pada tanggal 14 Agustus 1961, presiden Soekarno secara simbolis menyerahkan panji-panji pramuka kepada tokoh-tokoh nasional untuk diperkenalkan kepada publik, berangkat dari momen ini pula pramuka diperingati setiap tahunnya. Dalam Anggaran Dasar tercantum tujuan dan sifat Pramuka antara lain membantu masyarakat dalam melaksanakan pendidikan bagi anak-anak dan pemuda tentu diluar keluarga dan sekolah, juga gerakan pramuka bukan bagian dari partai atau organisasi politik manapun. Keanggotaan pramuka dihimpun dalam gugus depan yang terdiri dari Perindukan Siaga, satu Pasukan Penggalang, satu Ambalan Penegak dan satu Racana Pandega. Janji Pramuka siaga disebut Dwi Satya dengan ketentuan moral Dwi Darma, sedangkan Pramuka penggalang, penegak dan pandega disebut Tri Satya dengan ketentuan moral Dasa Darma.

Seiring dengan gencarnya sosialisasi pendidikan karakter (pendikar) yang berbasis nilai dan agama diterapkan hampir semua sekolah, penting kiranya kita menanamkan spirit yang dibangun dalam pramuka mengingat banyak persamaan rumusan nilai-nilai aplikatif yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peranan sekolah yang terbatas, tidak mungkin bekerja sendiri dalam “membina” perilaku siswa agar senantiasa berada dalam pusaran moral dan kedisiplinan, diperlukan peranan yang lebih luas dan komprehensif dari seluruh stake holder yang terkait langsung dengan siswa, mulai dari keluarga, orang tua dan lingkungan pergaulan sehingga mampu membentuk karateristik yang baik karena program pendidikan karakter memerlukan kesabaran serta waktu yang tidak sebentar.

Dalam pendidikan karakter tidak hanya membangun manusia yang cerdas dari sisi Intelegensi (IQ) tetapi juga harus dibangun kecerdasan emosi dan spritualitasnya, mengingat dari kedua sisi inilah kita sebagai anak bangsa sedang mengalami krisis dan tantangan luar biasa, banyak orang pintar tetapi karena tidak disertai dengan ahlak dan empati yang baik maka seringkali menabrak norma dan merugikan rakyat. Menjadi penting menanamkan dasa darma pramuka mulai dari ketaatan kepada Tuhan, kepedulian kepada sesama, disiplin, berani, bertanggung jawab sampai suci dalam pikiran, perkataan dan perbuatan semenjak dini, karena itu sama dengan membangun manusia-manusia berkarakter yang membutuhkan waktu tidak sebentar tetapi punya potensi bermanfaat dikemudian hari.

Sebagai bagian dari kegiatan ekstrakurikuler, pramuka Pasundan- Sartika Jaya dengan gugus gudep KB 06007-06008 mempunyai tercerita tersendiri karena tidak mudah mempertahankan kegiatan pramuka hingga berusia lebih dari 40 tahun di lingkungan sekolah SMA Pasundan 8, untuk itu semoga spirit hari pramuka ditahun ini dapat membawa implikasi yang luas dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik dan beradab.

Dirgahayu Pramuka…..



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *